“New Maslow’s” Hierarchy of Needs

Ada dua macam informasi yang beredar di sekitar kita, yaitu: (1) informasi yang valid dan reliabel, dan (2) informasi yang tidak valid tetapi reliabel.

Informasi yang valid dan reliabel adalah suatu keniscayaan. Ini tidak hanya diperlukan di lingkup ilmiah, tetapi dalam kehidupan kita sehari-hari, termasuk di dalam keluarga. Informasi yang valid dan reliabel saya sebut menjadi kebutuhan dasar manusia.

Informasi yang tidak valid tetapi reliabel, itu sangat banyak di sekitar kita. Informasi ini beredar (terutama) melalui media sosial. Publik menyebutnya sebagai berita bohong atau hoax. Walaupun tidak valid, tetapi tersebar di banyak perangkat dan akun media sosial–baik secara individual maupun grup– dapat dimungkinkan informasi ini menjadi suatu “kebenaran”. Penyebaran yang masif di banyak grup, kecepatan penyebaran informasi ini bisa melebihi kecepatan cahaya.

Informasi adalah hasil olahan dari data. Oleh sebab itu penyediaan data yang valid menjadi kebutuhan dasar manusia. Saya menyebut sebagai “New Maslow’s” Hierarchy of Needs.

Cerita di atas hanya sebagai pengantar untuk presentasi Layanan Teknologi Informasi di UNY pada acara “Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiwa Baru (PKKMB) Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta”, tanggal 14-15 Agustus 2018.

Materi presentasi dapat diunduh di sini.

Modeling Vocational Blended Learning Based on Digital Learning Now Framework

The flexibility of blended learning in implementation makes it compatible to various models of the education system, as well as applied to the learning system of vocational education. Politeknik Negeri Bali (PNB) is a vocational institution in Indonesia. The research objectives to develop a Vocational Blended Learning (VBL) model in PNB based on Digital Learning Now framework. Research and development approach implemented in this study. Data collection procedures and methods were ongoing system evaluation, interview and observation method, and also focus group discussion (FGD). The system implementation methods and procedures were based on the Digital Learning Now framework. The research found the considerations for determining the appropriate instructional models for VBL. VBL model required resources, infrastructure and curriculum as inputs. It can be concluded that vocational education can organize blended learning with VBL by applying rotation instructional model and supported by teacher-developed content.

The full paper can be downloaded at The Turkish Online Journal of Educational Technology (TOJET)

Critical Success Factor for Implementing Vocational Blended Learning

Blended learning provides many benefits to the flexibility of time, place and situation constraints. The research’s objectives was describing the factors that determine the successful implementation of blended learning in vocational higher education. The research used a qualitative approach, data collected through observations and interviews by questionnare based on the CSFs indicators refers to TAM and Kliger. Data analysis was inductive method. The result provided an illustration that the success of vocational blended learning implementation was largely determined by the selection of instructional models that are inline with learning achievement target. The effectiveness of blended learning required the existence of policy support, readiness of IT infrastructure. Changing lecturer’s culture by utilizing ICT can also encourage the accelerated process of successful implementation. It can concluded that determinant factor of successful implementation of blended learning in vocational education is determined by teacher’s ability in mastering the pedagogical knowledge of designing instructional models.

The full paper can be downloaded at IOP Publishing or Eprints UNY.

Pengembangan e-SMK dan Socio-Technical eLearning Acceptance Model (STeAM)

Judul di atas lengkapnya adalah “Pengembangan E-learning e-SMK dan Model Penerimaan E-learning ‘STeAM’ Menggunakan Pendekatan Socio-technical” bertujuan untuk mengembangkan e-learning e-SMK sebagai komplemen pembelajaran kelas dan mengembangkan model penerimaan teknologi e-learning menggunakan pendekatan socio-technical.

Pengembangan e-SMK mengunakan pendekatan socio-technical memandang e-learning sebagai sistem sosial dan teknologi atau socio-technical, bertujuan untuk memberdayakan guru dalam pengembangan e-learning dari tahap analisis sampai implementasi. Pengembangan Socio-technical e-learning Acceptance Model (STeAM) adalah membuat model yang digunakan untuk mengukur penerimaan guru terhadap e-SMK sehingga diperoleh faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaan e-learning oleh guru.

Penelitian ini merupakan penelitian kompetitif nasional dengan skim Penelitian Sosial Humaniora dan Pendidikan (PSHP) yang dibiayai Kemenristekdikti. Penelitian ini direncanakan selama dua tahun yaitu 2017 dan 2018. Pada tahun 2017 salah satu target luarannya adalah situs e-learning e-SMK. Pada tahun kedua, salah satu target luarannya adalah Socio-technical e-learning Acceptance Model (STeAM). Situs e-EMK dapat diakses pada laman http://esmk.uny.ac.id.

 

 

 

Layanan Teknologi Informasi di UNY

UNY telah menyediakan kebutuhan dasar teknologi informasi (TI) kepada mahasiswa. Dari sisi perangkat keras dan pendukungnya fasilitas TI di UNY tergolong kualitas enterprise. Bandwidth internet 1.5 Gbps dan akses WiFi yang mencakup area kampus utama dan kampus satelit dapat melayani mahasasiwa yang berjumlah sekitar 28.000.

Layanan TI dan SI bagi mahasiswa UNY bertujuan untuk memenuhi hak dan kewajiban mahasiswa dari proses pendaftaran sampai lulus.Hal ini menunjukkan bahwa UNY adalah lembaga yang akuntabel yang didalamnya mencakup traceableness and reasonableness.

Materi ini merupakan presentasi pada acara Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) Program Pasca Sarjana UNY pada tanggal 21 Agustu 2017.
Materi presentasi dapat diunduh di sini.

Desain visual Presentasi Multimedia (Priyanto, 2009)

Buku Desain Visual Presentasi Multimedia yang diterbitkan tahun 2009 membahas enam hal. Bagian pertama membahas komunikasi efektif, media dan perannya dalam pembelajaran, dan peran penyaji atau guru dalam suatu presentasi.

Bagian kedua membahas komunikasi efektif dan prinsip-prinsip visual yang terfokus pada pentingnya visual dalam presentasi untuk mendukung komunikasi efektif. Pembahasan visual mencakup literasi visual, pentingnya simbol visual dan warna terkait dengan penyerapan informasi.

Bagian ketiga berkaitan dengan elemen dasar desain visual, pembahasan elemen visual, elemen verbal, dan kesalahan-kesalahan yang umum terjadi. Bagian ini sudah mulai masuk pada masalah teknis secara general, tetapi bersifat independen terhadap produk perangkat lunak tertentu.

Bagian keempat membahas pola desain pesan yang fokusnya pada desain pesan suatu slide secara individual. Pembahasan diawali dengan konsep tunggal, kesatuan, kesederhanaan, pengaturan tata letak, keseimbangan, warna, serta minimalisasi animasi dan suara.

Bagian kelima menata tampilan dan daya tarik. Selain membahas penyajian pesan pada slide secara individual, bagian ini juga membahas kesatuan rangkaian slide dalam presentasi yang terkait dengan konsistensi dan elemen penambah daya tarik.

Pada bagian akhir, disediakan visual design check list yang dapat digunakan untuk menilai presentasi. Bagian keenam, yang merupakan bagian akhir buku ini, membahas persiapan teknis presentasi. Sesuai dengan judul, bagian ini membahas masalah teknis yang mendukung lima bagian sebelumnya. Masalah teknis berorientasi pada perangkat lunak Microsoft PowerPoint untuk memberi contoh pembuatan dan penggunaan template dan kompresi gambar.

Akhir bagian ini membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan ruang dan beberapa tips pelaksanaan presentasi.

Anda bisa mengunduh buku pada link di atas atau di Lumbung Pustaka UNY.
Semoga bermanfaat.

Aplikasi Sistem Pakar untuk Membantu Guru dalam Memilih Jenis Media Pembelajaran

Oleh:
RAS Putra
Priyanto
Universitas Negeri Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sebuah sistem pakar berbasis android untuk membantu guru dalam memilih jenis media pembelajaran yang diberi nama “Pilih Media”.

Pengembangan perangkat lunak menggunakan metode waterfall. Tahap pengembangan meliputi proses Communication, Planning, Modeling, Construction, dan Deployment.  Pengujian perangkat lunak menggunakan enam dari delapan aspek standar ISO 25010, yaitu: functional suitability, performance efficiency, usability, reliability, maintainability, dan portability.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) pengembangan aplikasi telah melalui serangkaian proses pengembangan perangkat lunak. 2) hasil pengujian functional suitability menunjukkan semua fungsi dapat berjalan dengan “Sangat Baik”; hasil pengujian performance efficiency diperoleh waktu rata-rata instalasi aplikasi dengan predikat “Cukup Puas” dan waktu launching aplikasi dengan predikat “Sangat Puas”; hasil pengujian usability sebesar 80,39% atau dengan kategori “Baik”; pengujian reliability aplikasi diperoleh nilai defect density sebesar 0 defect per KLOC
sehingga memenuhi standar McConnel; pengujian aspek maintainability diperoleh nilai rata-rata “Sangat Baik”; pengujian aspek portability memiliki predikat “Sangat Baik”.

Full text available at Journal.student.uny.ac.id/ojs

Membangun Infrastruktur Sosial dalam Pengembangan E-learning

Ruang informasi global yang dibentuk oleh teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah menjadi ciri perkembangan masyarakat modern. Selain berpengaruh pada aspek sosial dan ekonomi, TIK juga berpengaruh dalam paradigma pembelajaran di semua tingkat sekolah termasuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Kurikulum 2013 (K13) telah menempatkan TIK sebagai aspek penting dalam pembelajaran, mengingat TIK digunakan di semua mata pelajaran dalam kurikulum 2013. Salah satu peran TIK dalam pembelajaran adalah sebagai penyampai, atau disebut electronic learing (e-learnig). Dalam lingkungan sekolah fisik, e-learning dapat digunakan sebagai campuran maupun (blended) maupun komplemen tatap muka fisik.

Cheng (2005) menyatakan bahwa e-learning merupakan transformasi dari paradigma tradisional yang terikat ruang dan waktu menuju paradigma baru triplization. Paradigma triplization adalah pengembangan contextualized multiple intelligence (CMI) siswa dan proses globalisasi, lokalisasi, dan indivisualisasi dalam pendidikan menjadi aktivitas inti. Artinya, walaupun e-learning berorientasi global, namun tetap memperhatikan aspek lokal dan individu siswa.

Namun demikian, tingkat penerimaan e-learning di negera-negara berkembang khusnya Indonesia masih sangat rendah. Studi yang dilakukan oleh Priyanto (2009:86) menyatakan bahwa adopsi e-learning di Indonesia masih belum memuaskan. Studi lain yang dilakukan oleh Priyanto et al. (2017:5) menyatakan bahwa penggunaan e-learning di SMK di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan skor 18.52 masih berada di bawah level kesiapan (skor 22.4). Di sisi lain, faktor teknologi (kondisi yang memfasilitasi) yaitu: (1) infrastruktur teknologi (perangkat keras, perangkat lunak, dan akses Internet), (2) keterampilan guru, dan (3) konten pembelajaran diigital, ketiganya sudah berada di atas level siap. …. Artikel lengkap dapat diunduh di Lumbung Pustaka UNY.

 

The Determinants of E-learning Usage by Teachers of Vocational High Schools in The Yogyakarta Special Region

The purpose of the study was to find the determinants of e-learning implementation by teachers of vocational school in the Yogyakarta Special Region. The research objective was achieved by describing the essential influence of social environment and facilitating conditions toward the technology acceptance model of e-learning.

The study was a correlational research one with an ex-post facto approach. The number of research sample was 132 teachers distributed by means of proportional random sampling technique. The primary data source was the teachers’ self report which had been collected by using a questionnaire. The observation and the open-ended interviews were conducted in order to support the primary data. The content validity was assessed by means of expert judgment and the construct validity was calculated by means of Pearson correlation. The reliability was determined by means of Cronbach’s Alpha minimum value namely 0.70.

The data analysis was performed by using path analysis at a significance level of 0.05. The study concluded that the effect of social environment and facilitating conditions to the e-learning usage had been mediated by three main variables of Technology Acceptance Model (TAM), namely perceived usefulness, perceived ease of use, and intention to use.

Keywords: E-learning, technology acceptance model, social environment, facilitating conditions.

Full paper availabbe at Jurnal Pendidikan Vokasi Universitas Negeri Yogyakarta

E-learning sebagai Sistem Sosio-Teknis

E-learningadalahmemanfaatkanteknologiinformasidankomunikasi (TIK) sebagaipenyampaiutamadalampembelajaran. E-learningmemberibanyak manfaatdanfleksibilitasdalampembelajaran. Namun,penerimaane-learningkenyataannyamasihjauhdariharapanbilatidakdisebutkegagalan, walaupuninfrastrukturteknologisudahterpenuhi. Halinimenyiratkanbahwamengembangkane-learningseharusnyatidakhanyadipandangdar perspektifteknologiSebagaisistem informasi, e-learningjugaharusdipandangdariperspektifsosialyaitulingkungandimana teknologiberada.

Klik di sini untuk mengunduh paper lengkap